Pemerintah Tambah PLTU 6,3 GW hingga 2034, 3,2 GW Beroperasi Tahun Ini
Pemerintah Indonesia melalui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2025–2034 merencanakan penambahan kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebesar 6,3 gigawatt (GW). Sebanyak 3,2 GW di antaranya ditargetkan beroperasi secara komersial pada tahun ini.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jisman P. Hutajulu, menegaskan bahwa PLTU masih menjadi bagian penting dalam sistem kelistrikan nasional dan tetap masuk dalam rencana pembangunan jangka menengah.
“Maka jawaban Pak Menteri akan kami ulang bahwa PLTU batubara itu bukan barang haram,” ujar Jisman dalam agenda sosialisasi RUPTL, menjawab keraguan publik terhadap penggunaan bahan bakar fosil. Ia menekankan bahwa batu bara merupakan sumber energi yang melimpah di Indonesia dan bahkan diekspor ke berbagai negara.
Baca Juga: PLN Gaspol Jalankan RUPTL Paling Hijau Sepanjang Sejarah, 76% Energi Terbarukan
Jisman menjelaskan bahwa sekitar 3,2 GW dari total kapasitas baru PLTU diproyeksikan akan mencapai commercial operation date(COD) pada 2025. “Setidaknya sekitar 3,2 GW sudah beroperasi pada tahun 2025, dan sebagian besar lainnya sedang dalam tahap konstruksi,” tambahnya.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia juga menyatakan bahwa pembangkit berbahan bakar fosil, khususnya batu bara, masih dibutuhkan untuk memastikan pasokan listrik yang andal dan terjangkau di seluruh Indonesia.
“Saya kasih tahu baik-baik ya, kalau memang kita masih membutuhkan listrik dan uang kita tidak ada, batu bara itu bukan barang haram. Jadi aku pakai lagi," kata Bahlil dalam forum yang sama.
Baca Juga: IESR Dorong Pensiun Dini 18 PLTU Hingga 2030
Ia menegaskan bahwa pemanfaatan batu bara harus disertai penerapan teknologi rendah emisi, seperti teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (carbon capture and storage/CCS), untuk mengurangi dampak lingkungan dari PLTU.
Menurut Bahlil, Indonesia harus memanfaatkan keunggulan sumber daya yang dimiliki dan tidak terjebak pada tekanan global yang cenderung membatasi pemanfaatan energi fosil. Ia membandingkan dengan negara-negara seperti Uni Eropa dan Turki yang masih menggunakan batu bara dalam bauran energinya.
“Di Eropa saja masih pakai batu bara kok, di Turki masih banyak pakai batu bara. Kita aja yang terlalu kekinian,” ujarnya menutup pernyataan.
(责任编辑:探索)
- Jalani Pemeriksaan, Aiman Witjaksono Sampaikan Ini
- Awas, Nyeri Perut Bagian Ini Jadi Gejala Radang Usus Buntu
- Enam Bulan Jadi Presiden, Prabowo Klaim Selamatkan Ratusan Triliun Uang Rakyat
- FOTO: Menengok Pembuatan Kue Stroberi Sepanjang 121 Meter
- KPK: Berkas Setya Novanto Sudah Rampung
- Susun Regulasi Wisata Edukasi, Kemenpar Fokus pada Keselamatan dan Manfaat
- Enam Bulan Jadi Presiden, Prabowo Klaim Selamatkan Ratusan Triliun Uang Rakyat
- Studi Ungkap Maskapai yang Punya Makanan Pesawat Terbaik dan Terburuk
- Hari Susu Sedunia 2024: Tema dan Sejarahnya
- Guru di Yahukimo Dibunuh KKB, Komisi X DPR RI Tuntut Pemerintah Tingkatkan Keamanan
- Jaga Kesehatan Ginjal dengan Daun Gedi, Ini 7 Manfaatnya
- Kepala BGN Sentil Timnas Kerap Kalah dari Negara Lain, Sebut Karena Kekurangan Gizi
- Komnas KIPI Bantah Kabar Viral soal Detoksifikasi Vaksin Covid
- Chery TIGGO 8 CH Dijual Seharga Rp499 Juta
- Cegah Perkawinan Anak, LSM Dorong Adanya Pendekatan Kultural
- UIN Jakarta Buka Pendaftaran Program S
- Tiket Penerbangan Misterius dengan Destinasi Rahasia Ludes Terjual
- Terkuak Fakta Terbaru Dugaan Kekerasan Seksual Eks Kapolres Ngada AKBP Fajar
- 7 Ramuan Tradisional Penurun Berat Badan, Bahannya Mudah Didapat
- Sering Pikun? Bisa Jadi Anda Kekurangan Vitamin Ini